Langsung ke konten utama

MBAH SADIMAN, pahlawan tanpa senapan

Usianya memang sudah tidak muda lagi. Dengan rambut yang telah memutih dan keriput perlahan muncul di wajahnya itu justru semangat terus muncul layaknya kaum muda. Buktinya sosok itu telah dinobatkan menjadi aktivis peduli lingkungan.
Adalah Mbah Sadiman. Hanya warga biasa yang tinggal di Dusun Dali, Desa Geneng Kecamatan Bulukerto, Wonogiri. Bahkan rumahnya hanya seluas 9x6 meter beralaskan tanah dan dinding tanpa polesan cat. Dia dan sang istri menghidupi diri sebagai petani penggarap lahan tumpangsari di areal Perhutani.
Namun yang istimewa dari Mbah Sadiman adalah dedikasinya kepada lingkungan. Bertahun-tahun bekerja sendiri menghijaukan Bukit Gendol dan Bukit Ampyangan yang merupakan lereng Gunung lawu sisi tenggara dengan biaya sendiri. Lahan itu merupakan milik negara yang hasilnya pasti tak akan dinikmatinya, tapi itu justru impiannya sedari kecil.
Mbah Sadiman dan hasil tanamannya
Tekad menghijaukan bukit itu bermula ketika dia menyaksikan penebangan kayu hutan yang marak dilakukan. Keprihatinan bertambah saat kebakaran hebat menghanguskan kedua bukit itu pada 1963.
Seingatnya hanya tinggal dua petak tanah hijau di Bukit Kukusan dan Ampoyangan masing-masing 10 meter persegi yang tersisa. Hal itu justru membuat debit air merosot tajam. Bahkan untuk memperoleh air bersih dia dan warga lainnya harus memikul sumber air berjarak sekitar 500 meter dari rumah.
"Mandi juga di sana, orang harus sabar mengantre. Tahun 1975-an masih seperti itu. Tahun 1980, ada bantuan pipa pemerintah yang mengalirkan air dari Bukit Gendol mendekat ke permukiman warga. Itupun sebagian warga masih harus mengangsu," ujar Mbah Sadiman
Melihat kondisi itu, Mbah Sadiman tidak mau berpangku tangan. Pada 1996, diam-diam dia mulai menanami bukit gersang itu seorang diri. Dalam pemikirannya, tanaman yang tepat untuk bukit adalah pohon berdaun lebat, berakar kuat, dan bergetah. Bukan pinus, atau cemara, seperti di lahan Perhutani.
Mbah Sadiman
Sadiman lantas memutuskan menanami bukit dengan ipik, loh, bulu, pre, terutama beringin. Selain kayu tak ditebang kecuali sebatas sebagai kayu bakar, tanah lembab hingga sulit terbakar. Hebatnya lagi, dia menanami lahan seluas itu terencana meski tak tertulis.
Dia sengaja membagi dalam empat jalur. Mbah Sadiman bahkan hapal di lokasi mana saja menanam pohon-pohon itu. Diapun tahu lokasi pohon yang mati atau ditebang sengaja.
Dari pengalaman, menanam beringin dalam satu kelompok sebanyak lima pohon menghasilkan air lebih deras dibanding satu kelompok berjumlah tiga pohon. Ia pun lebih suka menanam pohon-pohon itu di lereng atau cekungan bukit dibanding tanah datar. Selain mencegah erosi, sumber air bisa segera muncul.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TENTANG GENENG : kondisi sosial dan keagamaan

Bidang Agama Bidang Kemasyarakatan (a)   Tempat Peribadatan 1)     Terdapat 11 Masjid    di desa Geneng 2)     Dan terdapat 2 Mushola di desa Geneng (b)   Telah terbentuk pengurus Masjid se Desa Geneng demi kelancaran ibadah dan saling tukar pengetahuan dibidang Agama, menjalin persatuan dan kesatuan umat baragama dan juga antara Pemerintah. Dan Sampai sekarang masih berjalan cukup baik. Berikut data Ta’mir Masjid se-Desa Geneng : (1)   Ta’mir Masijd Al-Barokah Banaran                      : Kasdi (2)   Ta,mir Masjid Al-Fatah Dali                                   : Warno (3)   Ta’mir Masjid Al-Hidayah Geneng    ...

MANTENAN

P ada bulan " ruwah " atau bulan sya'ban di jawa sering daijadikan bulan untuk menggelar acara pernikahan. hal ini di dasari untuk menyambut bulan ramadhan saling bersilaturohim, dan menambah "paseduluran". begitupun yang terjadi di Desa Geneng Bulukerto Wonogiri, pada bulan ini (ruwah) bahkan ada 7 tempat atau 7 orang yang menyelenggarakan pernikahan. di balik itu perlu kita tahu tata cara pernikahan dalam adat jawa. yakni: TAHAP 1 (PEMBICARAAN) dalam tahap ini juga ada beberapa tahapan yang dilakukan, antara lain: a. Congkog Seorang perwakilan diutus untuk menanyakan dan mencari informasi tentang kondisi dan situasi calon besan yang putrinya akan dilamar. Tugas wali yang utama yaitu menanyakan status calon mempelai wanita, apakah masih sendiri atau telah ada pihak yang mengikat. b. Salar Jawaban pada acara Congkog akan ditanyakan pada acara Salar yang diselenggarakan oleh seorang wali, baik oleh wali yang pertama atau orang lain. c. Non...